Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Obrolan Pagi Hari Ngomongin rumah dan tanah

Hari ini setelah shalat subuh saya ngobrol bersama ibu ke 2 saya, ngobrol masalah tanah dan rumah dimana setidaknya saya harus mempunyai rumah sendiri ketika sudah berumah tangga hal itu lumrah dan menjadi keinginan semua orang tentunya. Tapi yang menjadi masalah adalah ketika kita mempunyai penghasilan pas pasan agak susah juga tentunya, karena harus di pake biaya hidup.

Sebelumnya saya di tawarin perumahan subsidi, oleh beberapa developer perumahan namun tempatnya lumayan jauh sekali, antara daerah kabupaten bandung dan kabupaten sumedang (Oh iya sebelumnya saya tinggal di kota bandung ya) namun kembali lagi yang jadi masalah adalah karena kesibukan dan kerjaan saya di kota, agak susah juga terkait transportasi, lantas saya mencoba bercerita ke ibu ke 2 saya gimana ? karena untuk masalah perjalanan bisa memakan waktu 1 s/d 2 jaman.

Ibu ke 2 saya bercerita, itu adalah resiko dan perjuangan demi mempunyai rumah sendiri. Banyak teman teman kantornya rumahnya pada jauh tapi mereka dapat menikmati mempunyai rumah sendiri walaupun jauh, tapi ada juga yang ngontrak dan kost daerah kota madya, demi akses enak kemana mana, tapi ironisnya dia sampai sekarang umurnya udah kepala 5 masih ngontrak, tidak ada yang salah juga dalam hal itu, itu adalah keputusan yang di ambil dan setiap orang mempunyai pemikiran sendiri.

tapi masalah baru pun muncul yaitu kapan punya rumah sendiri, kalo hidup masih lajang mungkin ya masih bisa sih dengan penghasilan UMR kota bandung, namun ketika sudah mempunyai istri dan anak agak susah juga.

Lalu saya mulai tertarik tuh ke perumahan subsidi pemerintah, namun masalah barupun muncul kembali yaitu ada syarat yang belum bisa saya penuhi, dimana saat ini di tempat saya kerja masih belum keryawan tetap, dan itu yang lumayan susah juga sih. Lantas saya mencari solusi untuk beberapa permasalahan di atas, saya beberapa kali survey menanyakan kepada teman, atasan, dan orang tua saya, berapa luas tanah standar di perumahan.

Dan ternyata rata rata type standar perumahan itu variatif sekali, dan yang paling kecil adalah tipe 21*60, ada juga yang tipe 27*60, dan standard lainnya yaitu tipe 36*72, artinya gimana?

Kita ambil contoh yang paling pertama : 

Yang dimaksud tipe 21*60 itu adalah = 21 itu adalah luas bangunan, sedangkan 60 itu adalah luas tanah.

Karena disini ngomongin masalah tanah kan, setidaknya saya seminimal mungkin harus mempunyai atau membeli tanah sekitar 4 tumbak. Dan rata rata harga tanah di kota bandung itu sangat mahal sekali, itupun itungannya bukan tumbak lagi, tapi dalam meter. Dimana 1 tumbak itu sama dengan 14 Meter Persegi. 

Saya pernah melihat di daerah antapani ada tulisan tanah di jual, terus saya iseng iseng Tanya kan berapa harga permeternya, dan buat saya agak kaget sih 4,7 juta permeter, dan itu kebilang paling murah katanya. Hm… 

Lalu saya coba survey lagi Tanya Tanya tanah ke daerah kabuten bandung, tapi yang masih dekat batas kota, jadi ketika pergi ke kota itu ga terlalu jauh, bahkan bisa di bilang deket. Agak murah tuh, harganya sekitar 5 sampai dengan 7 jutaan pertumbak, tambah jauh ke kota tambah murah bisa sampai 2,5 jutaan

Lalu saya Tarik kesimpulan dari solusi permasalahan permasalah di atas, dan ini mungkin akan menjadi yang akan saya lakukan ;
  • Yang pertama saya akan usahakan terlebih dahulu beli tanah di perbatasan kota minimal 5 tumbak atau sekitar 70 m2, tergantung ada uang berapa
  • Kenapa saya harus paksakan beli tanah, karena harganya ga akan turun kalaupun mau di jual lagi saya rasa tidak akan rugi. anggap aja investasi
  • Terus untuk masalah pembangunan rumah kan bisa kapan aja, nyicil lah istilahnya mah yang penting mah tanah nya dulu.
Segitu dulu aja paling yah, karena saya akan kerja jadi agak rusuh ini teh, hehe. Nanti kalo sempet dan nemu inspirasi saya tambahin deh.



2 komentar untuk "Obrolan Pagi Hari Ngomongin rumah dan tanah"

  1. Halo Bung Eman,

    Sebetulnya yang sudah saya alami adalah keadaan yang hampir mirip dengan yang sedang bung alami. Namun ada perbedaaannya, yaitu saya lebih memilih untuk berumah tangga dahulu sebelum punya rumah.

    Rupanya keberuntungan saya mulai tumbuh setelah menikah, pintu - pintu rezeki banyak terbuka. Dan sekarang saya sedang mencicil rumah di kota Bandung, dan saya tidak pernah mengira akan punya rumah di kota Bandung.

    Saran yang bisa saya berikan adalah yakinlah dan terus berusaha. Usahanya adalah mengumpulkan dana dengan menabung, dan jika bisa tabungannya berjenis investasi, agar terus bisa tumbuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo bung Vito,

      Terimakasih banyak atas pengalamannya dan sarannya.
      Hal ini sangat bermanfaat untuk saya terkait keputusan yang akan saya ambil ke depannya. :)

      Hapus